Oct 17, 2015

"Peran"

Banyak hal yang ingin saya tulis malam ini, tentang bagaimana semangat dan passion menggerakkan saya untuk melakukan banyak hal dan menolak banyak hal. Malam ini merupakan malam ke delapan belas saya di Jepang untuk melanjutkan jenjang doktoral saya. Entah mulai dari mana saya berbagi yang jelas kalimat yang akan saya ingin sampaikan adalah “lakukan apa yang kita sukai dan geluti terus sampai kita menjadi ahli di bidang yang kita sukai tersebut”

Saya sangat menyukai riset, mungkin untuk beberapa orang di lingkungan saya itu adalah hal yang terlalu mewah, tapi tahukah bahwa sesungguhnya riset itu dapat dimulai dari hal yang sederhana, seperti mengamati hal-hal kecil yang nampak di kehidupan sehari-hari, seperti meneliti fluktuasi harga sayur, atau komparasi harga satu pedagang dengan pedagang lain secara teliti.

Pada konsepnya sendiri, riset seharusnya membuat hal yang sulit menjadi sederhana, meskipun beberapa orang malah membuat yang sederhana menjadi terlihat lebih sulit. Sebagai contoh konsep reaksi amplifikasi DNA dengan PCR sebenarnya adalah proses sederhana menggunakan konsep perubahan suhu untuk membuka untai DNA, lalu menempelkan sekuens primer yang kita ingin buat serta menentukan suhu elongasi DNA tersebut. Ide ini sangat jenius dan hebat sekali buat saya, tapi sederhana sekali.

Kesukaan saya terhadap riset membuka peluang yang lebar untuk melakukan hal yang sangat di luar impian saya, seperti keliling berbagai negara, bekerja di atmosfer riset yang sangat baik dan mendapatkan beasiswa penuh dari Pemerintahan Jepang ini. Saya mempercayai bahwa cukuplah kita melakukan sesuatu yang kita sukai dan terus menikmatinya, kemudian melakukannya lagi dan lagi, maka suatu saat kita akan hidup dan makan dari apa yang kita lakukan. Nikmat ini adalah nikmat yang sangat besar ketika kita dapat melakukan hal yang kita sukai setiap hari dan hidup dari apa yang kita senangi.

Saya ingin berbagi kepada siapapun yang membaca tulisan saya malam ini. Saya bukan orang jenius atau cerdas, namun keberhasilan seseorang sangat ditentukan oleh antusiasme pada bidang tertentu. Tidak usahlah kita secara tamak berkeinginan untuk menjadi segala hal, ingin menjadi peneliti, ingin jadi dokter juga, ingin jadi dosen, bisnisman, ahli teknologi, kyai dan lain hal sebagainya. Pilihlah jalan kita sendiri dan yang terpenting adalah bidang yang kita tekuni merupakan bidang yang kita sendiri menikmati dalam melakukannya, saat kita sukses dalam satu bidang, secara kebetulan biasanya kita akan bersinggungan dengan hal lain, barulah kita bisa membuka diri.

Tidak bisa juga kita dikenal dengan sederet banyak hal yang kita lakukan. Manusia mempunyai relung atau dalam ilmu ekologi disebut “niche” atau peran dalam sebuah ekosistem, peran ini sulit untuk dapat menjadi multiperan. Kita dituntut untuk menguasai satu hal dan dalam bidang itulah kita akan berkontribusi pada kemanusiaan.

“man arafa nafsahu, laqod arafa robbahu”  artinya siapa saja yang mengenal dirinya, maka ia telah mengenal Tuhannya. Hal ini secara implisit memberikan kita pemahaman bahwa mengetahui potensi diri, passion, dan antusiasme kita pada bidang tertentu merupakan hal sangat urgent. Maka dari itu pilihlah bidang yang kita sukai sedini mungkin, agar kelak kehidupanmu bahagia dan lebih bersyukur dengan apa yang kita pilih.

Namun dalam akhir cerita ini saya bertanya pada diri saya sendiri adalah tentang kejenuhan. Kejenuhan merupakan hal lumrah yang hadir tanpa undangan dan tanpa dugaan. Jika seseorang bekerja pada bidang yang tidak ia sukai dan kemudian jenuh, maka ia akan melakukan hal ia sukai seperti pegawai yang melakukan futsal untuk hobinya. Namun, yang berbahaya buat kita adalah jika suatu saat nanti kita jenuh dengan hal yang kita sukai, maka apa yang bisa kita lakukan? Kecuali berserah padaNya untuk terus menjaga ghiroh dan semangat ini untuk pengabdian kita seutuhnya sebagai hamba. Maka, tentukanlah segera peran apa yang kita akan mainkan sebagai hambaNya.

Yudhi Nugraha
Jepang,  17 Oktober 2015.
Pukul 02.04