Saya
sangat menyukai riset, mungkin untuk beberapa orang di lingkungan saya itu
adalah hal yang terlalu mewah, tapi tahukah bahwa sesungguhnya riset itu dapat
dimulai dari hal yang sederhana, seperti mengamati hal-hal kecil yang nampak di
kehidupan sehari-hari, seperti meneliti fluktuasi harga sayur, atau komparasi
harga satu pedagang dengan pedagang lain secara teliti.
Pada
konsepnya sendiri, riset seharusnya membuat hal yang sulit menjadi sederhana,
meskipun beberapa orang malah membuat yang sederhana menjadi terlihat lebih
sulit. Sebagai contoh konsep reaksi amplifikasi DNA dengan PCR sebenarnya
adalah proses sederhana menggunakan konsep perubahan suhu untuk membuka untai
DNA, lalu menempelkan sekuens primer yang kita ingin buat serta menentukan suhu
elongasi DNA tersebut. Ide ini sangat jenius dan hebat sekali buat saya, tapi
sederhana sekali.
Kesukaan
saya terhadap riset membuka peluang yang lebar untuk melakukan hal yang sangat
di luar impian saya, seperti keliling berbagai negara, bekerja di atmosfer
riset yang sangat baik dan mendapatkan beasiswa penuh dari Pemerintahan Jepang
ini. Saya mempercayai bahwa cukuplah kita melakukan sesuatu yang kita sukai dan
terus menikmatinya, kemudian melakukannya lagi dan lagi, maka suatu saat kita
akan hidup dan makan dari apa yang kita lakukan. Nikmat ini adalah nikmat yang
sangat besar ketika kita dapat melakukan hal yang kita sukai setiap hari dan
hidup dari apa yang kita senangi.
Saya
ingin berbagi kepada siapapun yang membaca tulisan saya malam ini. Saya bukan
orang jenius atau cerdas, namun keberhasilan seseorang sangat ditentukan oleh
antusiasme pada bidang tertentu. Tidak usahlah kita secara tamak berkeinginan
untuk menjadi segala hal, ingin menjadi peneliti, ingin jadi dokter juga, ingin
jadi dosen, bisnisman, ahli teknologi, kyai dan lain hal sebagainya. Pilihlah jalan
kita sendiri dan yang terpenting adalah bidang yang kita tekuni merupakan
bidang yang kita sendiri menikmati dalam melakukannya, saat kita sukses dalam
satu bidang, secara kebetulan biasanya kita akan bersinggungan dengan hal lain,
barulah kita bisa membuka diri.
Tidak
bisa juga kita dikenal dengan sederet banyak hal yang kita lakukan. Manusia mempunyai
relung atau dalam ilmu ekologi disebut “niche” atau peran dalam sebuah
ekosistem, peran ini sulit untuk dapat menjadi multiperan. Kita dituntut untuk
menguasai satu hal dan dalam bidang itulah kita akan berkontribusi pada
kemanusiaan.
“man
arafa nafsahu, laqod arafa robbahu” artinya siapa saja yang mengenal dirinya, maka
ia telah mengenal Tuhannya. Hal ini secara implisit memberikan kita pemahaman
bahwa mengetahui potensi diri, passion, dan antusiasme kita pada bidang
tertentu merupakan hal sangat urgent. Maka dari itu pilihlah bidang yang kita
sukai sedini mungkin, agar kelak kehidupanmu bahagia dan lebih bersyukur dengan
apa yang kita pilih.
Namun
dalam akhir cerita ini saya bertanya pada diri saya sendiri adalah tentang
kejenuhan. Kejenuhan merupakan hal lumrah yang hadir tanpa undangan dan tanpa
dugaan. Jika seseorang bekerja pada bidang yang tidak ia sukai dan kemudian
jenuh, maka ia akan melakukan hal ia sukai seperti pegawai yang melakukan
futsal untuk hobinya. Namun, yang berbahaya buat kita adalah jika suatu saat
nanti kita jenuh dengan hal yang kita sukai, maka apa yang bisa kita lakukan? Kecuali
berserah padaNya untuk terus menjaga ghiroh dan semangat ini untuk pengabdian
kita seutuhnya sebagai hamba. Maka, tentukanlah segera peran apa yang kita akan
mainkan sebagai hambaNya.
Yudhi Nugraha
Jepang,
17 Oktober 2015.
Pukul
02.04