Banyaknya berita tentang hoax minggu-minggu ini membuat saya ingin bercerita ringan melalui laman blog pribadi saya ini. Terlepas dari gonjang-ganjing itu dilihat secara politis seperti apa, saya melandasi tulisan ini dengan bersikap netral dan tidak ingin ditarik ulur. Semata ingin berkisah tentang kisah Siti Aisyah RA istri nabi yang kala itu mendapatkan fitnah.
Ceritanya bermula saat selesainya perang antara kaum muslimin dengan Bani Musthakiq (Sya'ban 5 Hijriah), pada perang ini juga turut serta istri Rosulullah SAW, Siti Aisyah. Pada perjalanan pulang pasukan berhenti sejenak di dekat Kota Madinah dan Aisyah saat itu kehilangan kalungnya, singkat cerita Aisyah tertinggal rombongan.
Saat tertinggal rombongan itu Aisyah dengan keadaan yang sangat kelelahan tidak sengaja ketiduran. Saat Aisyah terlelap tanda diduga muncul salah satu sahabat namanaya Shafwan ibn Mu'athal Assulami Adz-Dzakwan yang merupakan pasukan yang bertugas di bagian belakang. Shafwan terkejut karena yang ditemuinya adalah Aisyah. Saat itu segera Shafwan memberikan tunggangan untanya kepada Aisyah hingga mereka bisa menyusul rombongan kaum muslimin
Tapi dengan keadaan ini lah muncul desas-desus dan hoax tentang Aisyah dan Shafwan, bahkan hoax ini menyebar ke seluruh telinga kaum muslimin saat itu. Bahkan Rosulullah menunjukkan perubahan sikapnya terhadap Aisyah. Kondisi ini berlangsung sampai satu bulan lamanya hingga membuat Aisyah jatuh sakit. Selama itu pula tidak ada wahyu yang diterima Rosulullah SAW.
Sampai kemudian Allah berfirman Surat An-Nur ayat 11-20 yang artinya seperti ini :
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk
bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari
mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di
antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran
berita bohong itu baginya azab yang besar.
Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."
Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."
Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang
saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan
saksi-saksi Maka mereka Itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta.
Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.
(ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar.
dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah Dusta yang besar."
Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.
dan Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.
Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.
(ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar.
dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah Dusta yang besar."
Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.
dan Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.
Dan Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada
kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu
akan ditimpa azab yang besar).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Kisah ini memberikan kita banyak sekali pelajaran terutama tentang hoax. Secara pribadi saya berpikir bahwa "bahkan" istri nabi sendiri jadi objek berita hoax yang sebenarnya keluar dari mulut orang munafik dari kalangan muslimin sendiri terutama aktornya adalah Abdullah ibn Ubai ibn Salul. Di kalimat pertama firman tersebut secara tegas disebut "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu juga."
Untuk memerangi hoax, kita tidak bisa memisahkan agama dan latar belakang oknumnya, dengan terlebih dahulu memisahkan makna Islam dan Muslim. Islam adalah agama, sedangkan Muslim adalah penganutnya, Islam tidak mungkin salah tapi Muslim bisa salah. Menyadari fakta ini adalah langkah awal kita memahami persoalan lebih bijaksana.
Pada ayat selanjutnya "Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang
mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri,
dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang
nyata." Menunjukkan bagaiman cara hoax menyebar dan menjamur di masyarakat.
Kita mungkin doyan share-share yang kebenarannya belum tentu terjamin. Kita mungkin bangga jadi alat propaganda bohong. Lalu apa fungsinya kita share setiap kali ada berita? atau logika kita telah ditutupi dengan kebencian? “Cukuplah seseorang dikatakan berdusta bila menceritakan segala hal yang ia dengar.” (HR. Muslim). Mungkin terminologi bercerita dan mendengar pada era teknologi dan sosial media kini lebih dekat dengan makna melihat dan share tanpa ada tabayun.
Saya percaya pula bahwa kisah fitnah Aisyah ini adalah acuan / matrix dalam menghadapi eksistensi hoax dalam bermasyarakat. Allah SAW dengan ketentuanNya dan kebesaranNya memberikan kita semua contoh bahkan yang tersemat pada seorang istri nabi. Kisah fitnah lain termasuk juga terhadap Nabi Yusuf AS, Maryam binti Imran, Juraij Ar-rohib, dan Nabi Musa AS telah Allah tuliskan dan gariskan pada setiap perjalanan kehidupan teladan terdahulu.
Lalu kenapa kita tidak juga mengerti ?
atau kita memang ingin berperan sebagai Abdullah ibn Ubai ibn Salul masa kini dalam melahirkan dan menyebarkan hoax ?
Yudhi Nugraha
(Dari dekat kaki Gunung Ikoma, 20180310)