Feb 5, 2018

Ulang Tahun Irasional

Saya ingin bercerita tentang hal kecil yang bisa kita teladani dari masyarakat Jepang, dari sekian banyak hal baik dari sifat dan sikap mereka, kali ini saya ingin mengambil satu cuplikan momentum yang biasa kita lakukan pula di Indonesia, perayaan ulang tahun. Terlepas dari perbedaan tentang pandangan perayaan ulang tahun, saya melihatnya sebagai hal baik berupa momentum tepat untuk mengingat bersingkatnya umur.

Hampir setiap tanggal empat belas Oktober setiap orang menyampaikan selamat ulang tahun kepada saya dengan cara yang berbeda. Telah dua kali saya melewati ulang tahun di Jepang selama studi, pertama kalinya adalah tepat lima belas hari dari kedatangan saya dari Indonesia di tahun 2015. Meskipun saya belum banyak dikenal saat itu, namun satu Lab saya merencanaakan untuk merayakan ulang tahun saya tanpa saya ketahui terlebih dahulu, mereka memberi kue, kado dan makanan untuk pesta perayaan kecil di ruang makan Lab saya dengan tiup lilin. Tahun kedua juga sama demikian, tambahannya saya dapat membawa sendiri kue ulang tahun yang dibeli oleh teman saya Kenny Lischer sebagai titipan dari mantan pacar saya waktu itu

Perayaan ulang tahun saya ke-26. (Dokumentasi Pribadi)
Seketika saya teringat betapa brutalnya saya dan teman-teman saya di Indonesia ketika merayakan ulang tahun salah satu dari kami. Ada lemparan telor, tepung, minyak dan lain sebagainya (bisa sekalian bikin adonan kue), bahkan waktu itu saya sendiri hampir nyemplungin teman saya ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) kampus buat ngerjain teman saya ini (Maaf ya Mbul)

Kejadian-kejadian bengis itu juga masih banyak dilakukan di Indonesia dalam merayakan ulang tahun teman, bahkan beberapa menyebabkan kematian, ada berita orang yang ulang tahun diikat di tiang listrik dan disiram sampai mati karena kesetrum. Kontras sekali di sini, perayaan berlangsung seakan memanusiakan manusia, bahkan pada teman yang paling akrab sekalipun.

Hal kedua yang kontras di sini adalah tentang hadiah dan traktiran, di sini orang yang berulang tahun diberi kado atau ditraktir sekawan semua. Tidak ditemukan lagi kekhawatiran untuk amblas uang di dompet saat ulang tahun untuk traktir teman, bukankah memang lebih mudah dan rasional jika yang ulang tahun justru seharusnya diberikan hadiah dan ditraktir yah? atau memang ini cara kita mengemis untuk mendapatkan sesuatu sebagai buah dari sikap kita yang selalu merasa kurang?

Momentum ulang tahun seseorang bisa menjadi waktu yang tepat untuk memberikan hadiah karena selain itu dapat menunjukkan perhatian kasih sayang terhadap orang tersebut, memberikan hadiah pada orang lain adalah sunnah, dalam hadist disebutkan :

Saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling mencintai”
(HR. Al Bukhori)

Kebiasaan saat orang terdekat kita ulang tahun, dan kita meminta ditraktir adalah hal yang harus kita hindari mulai sekarang lebih baik malah kita memberikannya hadiah atau mentraktirnya. Meminta-minta adalah haram hukum awalnya selain keadaan darurat menurut Imam Ghazali, selain itu juga beberapa hadist menyatakan seperti ini : 

"Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidaklah fakir, maka ia seakan-akan memakan bara api.” (HR. Ahmad)

“Meminta-minta adalah seperti seseorang mencakar wajahnya sendiri kecuali jika ia meminta-minta pada penguasa atau pada perkara yang benar-benar ia butuh.”
(HR. An-Nasa’i, no. 2600; Tirmidzi, no. 681; Ahmad, 5: 19. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

“Wahai Qobishoh, sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali untuk tiga orang:
1. Seseorang yang menanggung utang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, 
2. Seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup,
3. Seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya berkata, ‘Si fulan benar-benar telah tertimpa kesengsaraan’, maka boleh baginya meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain ketiga hal itu, wahai Qobishoh adalah haram dan orang yang memakannya berarti memakan harta yang haram.”
 (HR. Muslim no. 1044) 

Saya berharap tulisan ini tidak menjadi alasan untuk melegitimasi bahwa saya secara personal tidak ingin mentraktir teman saat saya pulang atau pelit untuk membuat pesta kecil, tapi saya menulis ini untuk membangunkan kita lagi sebagai orang yang rasional (bahkan) pada hal-hal yang sepele

Mari kita akhiri kebiasaan yang irasional ini, membuat komunitas kita lebih beradab dan harmonis untuk masyarakat Indonesia di masa depan yang lebih baik, dimulai dari hal kecil. Membahagiakan orang lain.

Yudhi Nugraha
(2018/02/05)

No comments:

Post a Comment