Jun 25, 2017

Lebaran Minoritas

safir..!! tajid ‘iwadhan ‘amman tufariquhu” (Imam Asy-Syafi'i)

Seketika ingat dengan pelajaran mahfudzot saat saya belajar di pondok dulu, yang artinya kira-kira begini : "Pergilah maka engkau akan dapati pengganti apa yang engkau tinggalkan". Kelanjutan mahfuzot ini silahkan cari sendiri karena pasti anda akan tertarik dengan kedalaman maknanya.

***
Sudah kali kedua saya tidak lebaran di Indonesia, tahun lalu saya pun menghabiskan hari raya di Jepang (bang toyib). Kali ini beruntungnya lebaran bertepatan dengan hari minggu, tahun lalu setelah solat Ied saya langsung masuk ke lab dan langsung mengerjakan hal biasa, seperti tidak ada peringatan apapun kecuali handphone yang lebih ramai dengan ucapan permohonan maaf dan sapaan-sapaan akrab dari keluarga di rumah. 

Karena bertepatan hari minggu, maka saya bisa lebih santai dan tidak masuk ke lab seperti lebaran tahun lalu. Setelah semalam saya mendapatkan makanan surga berisi nasi rendang, sayur ati dan opor ayam dari Mas Sarmoko dengan masakan super enak dari Istrinya yang sedang hamil (semoga Allah mempermudahlancarkan kehamilan dan kelahirannya nanti, amin). Saya dan Kenny Lischer mengobrol sambil menikmati makanan surga itu, karena kepalang larut malam, saya menunggu subuh hingga jam tiga pagi tapi setelah jam tiga pagi itu saya menunggu jam tujuh untuk solat ied rasanya lama sekali, seperti menunggu kera sakti pulang mencari kitab suci.

Setelah solat Ied bersama keluarga muslim di kampus saya tinggal dan pastinya melanjutkannya dengan melahap hidangan ala-ala timur tengah dan Indonesia-Malaysia. Entah kebetulan atau bagaimana, saya dan Kenny mendapatkan kesempatan untuk mengikuti tour melihat sejarah paling kuno dari peradaban Jepang di Nara dari kampus, karena gratis saya mengikutinya tanpa tahu itu bertepatan pada hari lebaran, jadilah kami mengikuti tour ini setelah solat ied.

Hari yang aneh memang, di mana orang-orang berkumpul dengan keluarga, saya malah berwisata sejarah ke temple. Let it flow sajalah yud, daripada boring di kamar mending jalan-jalan. Toh tidak ada yang bisa saya lakukan kecuali melihat teman-teman di Indonesia memposting makanan-makanan surga (percayalah ini paling memilukan buat perantau). 

Saya diajak mengenal sejarah Jepang lebih dekat dengan berkunjung ke Horyuji Temple and Saidaiji Temple di Nara. Horyuji ini konon adalah temple pertama yang dibangun pada tahun 607 dan sampai sekarang masih terjaga dengan baik. Sedangkan di Saidaiji saya berkesempatan untuk melihat upacara minum teh hijau dan meminumnya dengan mangkuk super besar (lebih dari porsi makan saya). Foto-foto perjalanan saya posting di bagian bawah blog.

Selama di perjalanan saya berbincang banyak dengan Kenny dan dengan diri saya sendiri tentang sejarah ini yang memberikan pelajaran mengenai makna-makna kehidupan. Saya sadar, kehidupan manusia sangat singkat, setiap kita akan pergi dari satu dimensi ke dimensi lain. Tapi kebaikan akan kekal bahkan setelah kematian. Analogi sederhana bagaimana mereka menjaga dengan baik, bangunan, tradisi dan filosofi kehidupan di sini adalah bukan perkara mudah, dalam sejarahnya Jepang telah digempur (dan menggempur) negara-negara lain dan peristiwa-peristiwa besar telah hatam dialaminya, tapi bangunan ini, kokoh berdiri tak dimakan modernitas. 

Saya yakin bahwa momentum lebaran ini berasa sekali untuk muslim yang tinggal di daerah non-muslim dan terpaksa menjadi minoritas, tidak ada kumpul keluarga kecuali mendengar suara dan text rindu di depan layar. Atau menikmati siksaan dengan melihat makanan surga opor ayam, rendang dan kawan-kawannya seliweran lebih banyak di sosial media. Tidak ada suasana dan atmosfer lebaran seperti biasanya. Setiap perantau adalah pejuang, memperjuangkan mimpi dan cita-cita yang luhur. Perantauan adalah sekolah tersendiri bagi kedewasaan, untuk memahami bahwa tujuan semua ini untuk memandirikan diri dan menghidupi kehidupan.

Perantau dapat merasakan bagaimana jernihnya berpikir. Karena hanya dengan menjadi minoritas, kita dapat mengerti bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah kebenaran atau hanya pembenaran. Bahwa saat menjadi mayoritas, kebanyakan dari kita lupa diri dan mencoba merekayasa makna dalam bertoleransi pada perbedaan cara pandang dan latar belakang masing-masing individu. Perantau berjuang memahami perbedaan dan mencoba menyesuaikan diri tanpa menjadi orang lain

Khutbah hari ini saya juga diingatkan kembali bahwa islam menjadi agama yang dapat masuk ke dalam tradisi dan adat masyarakat manapun selama tidak bertentangan kepada maqosidus syariah, karena sesungguhnya islam adalah rahmatan lil alamin. Perspektif dan guratan tulisan saya ini tidak dimaksudkan untuk menyinggung pihak manapun, hanya upaya untuk mengingatkan diri kembali.

Cobalah untuk hidup di lingkungan yang berbeda dengan kita, untuk benar-benar mengenali diri sendiri dan menemukan arti kehidupan yang sesungguhnya. Saya melihat hampir semua orang besar lahir dari perantauan.

Begitulah coretan ngalor ngidul ini saya tulis untuk mengguratkan cerita konyol hari ini, dengan "berziarah" ke temple kuno tepat di hari lebaran. Tapi saya percaya, bagaimanapun getirnya pejuang-rantau, kisahnya akan tetap terasa manis untuk diceritakan.

Salam Rindu, 
Nara 20170625
Yudhi Nugraha


*****
Oleh-oleh foto jalan-jalan hari ini :




(Tradisi jamuan teh)

(Horyuji Temple )

(Saidaiji Temple)
(Upacara minum teh dan ukuran mangkok buat minumnya)

(Terakhir, foto kucing yang hidup bersama kami mahasiswa NAIST, 
ga ada kaitannya ama cerita di sini )



Jun 22, 2017

Spring8


Sudah tiga hari ini saya berkesempatan untuk datang ke tempat riset yang dimiliki Jepang bernama Spring8 untuk determinasi struktur protein yang saya buat untuk mengetahui ikatan spesifiknya dengan beberapa obat. Bagi Structural Biologist di dunia nama Spring8 pasti sudah sangat dikenal,  Spring8 yang berarti "Super Photon ring-8 GeV" (8 GeV, or 8 giga electron volts) ini adalah fasilitas radiasi sinkroton salah satu yang terkuat di dunia, tak ayal alat ini digunakan oleh peneliti tidak hanya dari Jepang, tapi kebanyakan malah saya lihat dari negara lain.

Sejarahnya Spring8 dibuat pada Oktober 1988 oleh Japan Atomic Energy Research Institute dengan bekerjasama dengan RIKEN (Lembaga riset kece punya Jepang, kalo di Indonesianya mungkin LIPI), lokasinya di Harima Science Garden City di Hyogo. Nah baru pada 1990 (tahun kelahiran saya) lahirlah pula ini Synchroton Radiation Institute (JASRI). Setelah dibuat selama tujuh tahun baru pada Oktober 1997 Spring8 dibuka untuk penggunanya (lumayan lama juga ya, tujuh tahun).

Besar Spring8 dapat dilihat digambar, jika dilihat Spring8 ini mengitari sebuah gunung kecil/ bukit, jadi kebayang kan betapa kuat radiasi dan besarnya fasilitas ini. Pada sebuah kesempatan saya malah iseng buat mengitari Spring8 ini menggunakan sepeda di dalamnya, ya benar, di dalam para peneliti menggunakan sepeda untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain (saking gedenya nih kantor)


Lalu buat apa saya ke sini? Penelitian saya saat ini tentang molekular pathway yang secara spesifik ingin mengetahui bagaiamana kompartemen sel melalui protein berinteraksi dengan obat maupun komunikasi lainnya. Sepulangnya saya dari Univ California Davis Amerika pada bulan Maret 2017 lalu saya memulai riset ini, ceritanya memang aneh dan unik karena kerahasiaan riset ini, saya bahkan tidak diperbolehkan untuk membawa riset ini ke Advisor Hearing (semacam ujian proposal saya sendiri), jadi saya berpikir keras untuk mencari riset yang pura-puranya digunakan untuk disertasi, padahal riset yang sesungguhnya bukan itu karena harus disembunyikan oleh titah sang bos besar. Jadi intinya, saya belum bisa bercerita secara spesifik tentang riset saya di sini.

Lanjut cerita, setelah berhasil mengkloning DNA ke E.coli dan mengekspresikannya sampai lebih dari tiga puluh enam liter media kultur kemudian mempurifikasikannya sampai kemurnian 98% dan dilanjut dengan mencoba sampai dengan lebih dari 20.000 percobaan untuk pertumbuhan Kristal, saya akhirnya menemukan hanya satu Kristal. Kebayang dah tuh menjengkelkannya hahaha... setelah saya juga membuat kepastian bahwa itu adalah beneran kristal protein menggunakan Rigaku X-ray yang dimiliki oleh Lab saya di kampus saya, NAIST. Barulah saya berangkat ke Spring8 bersama sensei saya. Serunya, untuk menggunakan fasilitas ini saya harus menjalani berbagai training, kadang ada training yang berbahasa Jepang biasanya saya dibantu oleh sensei untuk menjawab saat sesi evaluasinya, beliau duduk di samping saya. Hahahaa..

Setelah semua administrasi dijalani dan saya menjalani training terakhir di Spring8, barulah saya mendapatkan semacam kartu untuk mengakses fasilitas Spring8 dengan kunci yang beragam dan alat deteksi radiasi (setidaknya saya mendapatkan empat macam).

 (Kartu dan kunci yang digunakan untuk masuk ke Spring8)


Tempat menginap 

Saya tinggal di tempat penginapan dekat dengan pusat Spring8 yang hanya digunakan untuk peneliti saat bekerja di Spring8. Di sini jauh dari mana-mana, saya dan sensei harus berkendara jauh hanya untuk cari buka puasa (makasih sensei). Awalnya sensei bingung kenapa saya tidak makan apapun seharian, setelah sorenya barulah sadar bahwa ini adalah "ramadhan", ya sensei selalu antusias saat saya bercerita tentang puasa, beliau selalu menggunakan kata "ramadhan", dan saya dengan senang hati menjelaskannya selama buka puasa di salah satu restoran yang jauh dari Spring8. Perjuangan bro....karena sampai Spring8 saya lapar lagi (nasib perut karet)

  (Suasa kamar saya tinggali, maaf ada kresek berisi makanan buka)

Malam harinya saya makan sebanyak-banyaknya karena saya sadar besok butuh tenaga yang extra (padahal ini alasan saja, biasanya juga saya makan selalu banyak, apalagi saat di Pondok dulu, makan makanan hasil curian di dapur ustad), karena tidak bisa tidur selepas tarawih saya malah main game online beberapa jam, aktivitas maha penting yang sudah lama tidak dikerjakan semenjak menjadi mahasiswa PhD (penting loh, setidaknya buat saya). Sampai jam tiga di sini saya lanjutkan solat subuh, ya di sini kita puasa lebih lama, jam tiga sudah subuh dan jam tujuh limabelas baru bisa buka puasa. Saya bersyukur lah ga lebih lama dibandingkan negara-negara di Eropa. Saya percaya semakin lama maka pahalanya akan lebih banyak. Setelah satu malam minap barulah besoknya saya menggunakan alat x-ray ini. Saya selalu diantar kemanapun selama di Jepang, karena SIM mobil Indonesia tidak bisa digunakan di sini, jadilah kemanapun saya pergi, saya disupirin sensei (kapan lagi ngerjain sensei, *anak durhaka), sampai saat saya hiking ke Holy mountain di Shijawatake, sensei pula yang nyetir. hahaaa..

Sesampainya di Spring8 saya langsung menyiapkan percobaa saya menggunakan alat x-ray super besar dan (pastinya supermahal). Saya dikasih tahu berapa harga setiap bahan dan alat itu, tapi sengaja saya lupakan supaya saya ga takut untuk melakukan kesalahan dalam percobaan (jangan ditiru). Saya memulai percobaan itu dengan menggunakan alat di bawah ini.

 (X-ray yang saya gunakan bernomor BL41XU)

(Ruangan di dalam Spring8, lorong ini digunakan Peneliti bersepeda dari satu mesin ke mesin lain)

Saya terpacu saat melihat banyak sekali publikasi yang dihasilkan dan ditemukan oleh alat ini, termasuk pada prinsipnya inilah yang digunakan oleh Rosalind Franklin ialah seorang ilmuwati panutan saya mengadakan penelitian tentang struktur DNA bersama Francis Crick, James Watson, dan Maurice Wilkins dengan difraksi sinar X dahulu. Saya melihat banyak publikasi dan temuan struktur protein yang mengagumkan dipajang di sini. Termasuk penelitian dari "Sensei besar" saya yang sudah terlibat dalam lebih dari tiga ribu project riset (saya ga kebayang, tiga ribu project itu kayak gemana) tak heran dengan banyak award yang beliau terima itu beliau telah menjadi penasihat bagi Kementrian Pendidikan Jepang selama rentang waktu (2004 - 2007, 2011 - 2014) dan setelah menjadi Dekan beliau diangkat menjadi Executive Director dan Vice President di kampus saya,  sayangnya dengan kesibukan beliau itu saya pusing minta waktu bimbingan dan untuk kontak langsung kecuali pada rapat mingguan.

 Publikasi dan temuan yang diperoleh menggunakan fasilitas ini BL41XU
(Di depan BL41 XU)

Tak pernah berani saya bermimpi menjadi bagian dari hal-hal besar ini saat kecil. Betapa sulitnya untuk bersyukur dan berterimakasih kepada Gusti Allah atas segala kemurahanNya yang saya terima. Semoga kita menjadi hamba yang tiada lepas dari rasa syukur atas apapun yang dimiliki.

Demikian cerita singkat saya yang bisa saya bagikan di sini, saya beruntung mendapatkan semua pengalaman dan kemudahan riset di sini, saya menulis ini semata hanya ingin berbagi pengalaman dan kisah perjalanan doktoral saya, terutama semoga bisa menjadi motivasi kuliah bagi yang sedang menyelesaikan studi di dalam maupun luar negeri. Semoga dalam keberkahan Ramadhan ini kita mendapatkan kebaikan-kebaikan serta kesalihan sosial untuk kebangkitan peradaban kemanusiaan melalui riset, melalui noktah kecil yang bisa kita toreh dalam perjalanan peradaban ilmu pengetahuan.


" Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan/turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka mempergunakan besi itu), dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Maha Perkasa."
Qur’an surah Al-Hadiid 57 : 25


Salam kerinduan saya pada Indonesia
Hyogo-Jepang, 2017 June 22
Yudhi Nugraha


References :
http://www.spring8.or.jp/en/about_us/history/
http://www.naist.jp/en/about_naist/offices/administration_bureau/hakoshima.html
http://www.spring8.or.jp/en/about_us/whats_sp8/facilities/bl/search_bl/beamline/tab_search
http://www.spring8.or.jp/ja/news_publications/research_highlights/no_36

Jun 12, 2017

Romansa Mie Instan

Tepat lima tahun yang lalu di malam yang sama ramadhan saya memiliki cerita sederhana namun berkesan, sebenarnya saya sungkan awalnya menceritakan ini karena terlalu pribadi dan lucu untuk diceritakan tapi karena nilai dan kebaikan yang ada di dalamnya saya memutuskan untuk mulai mengetik sekarang selepas tarawih walaupun sebenarnya cerita ini pernah saya tulis dalam puisi yang semata untuk meninggalkan jejak cerita ini di (https://puisiyudhi.wordpress.com/2016/03/12/pekerti/)

***
Pada malam ramadhan di tahun 2012 saya bersama ibu dan ayah saya sahur bertiga, karena pada waktu itu keempat kakak saya memang sudah menikah dan tinggal saya sendiri yang ada di rumah. Ibu saya memasak seadanya karena tidak ada makanan yang dipersiapkan untuk sahur maka jadilah Mie instan rasa soto ayam dimasak oleh ibu untuk saya dan bapak (karena ibu selalu makan sayur bening dan nasi waktu itu jadi mie hanya untuk saya dan bapak)

Saya masih mengantuk sekali kala Mie itu dihidangkan di depan saya dan bapak, namun saya langsung segar seketika ketika saya mulai melahap mie di sendokan pertama, karena rasanya tidak hanya panas tapi juga hambar sehambar-hambarnya. Saya langsung melirik bapak yang duduk di sebelah kiri saya untuk melihat respon terhadap rasa mie instan aneh itu, namun gerak gerik itu terbaca oleh ibu saya dan langsung saja ibu bertanya : “kenapa, ada yang aneh?” seketika bapak saya langsung menyalip untuk menjawab ; “enak kok ga kenapa-kenapa, yak an yud?” sambil tatapannya seolah menekan saya menjawab iya secara intimidatif, saya dengan pasrah sami'na wa ato'na menjawab : “iya mah, enak kok” kemudian saya mencoba melahapnya dibantu dengan segelas air untuk setiap sendokan, satu tegukan air.

Selepas solat subuh, ibu saya bertanya dengan nada gemas kepada bapak, saya mendengarnya sambil nonton tv. “Pak, kok bilang enak-enak aja sih, padahal mamah lupa masukin bumbu !”, bapak nyengir kuda sambil lirik saya, terus saya langsung tersenyum miris dengan semua ini. Siang hari saat bapak di luar, ibu saya mengajak saya ngobrol “Nak, bapak mu sudah tiga puluh delapan tahun bersama mamah tapi tak pernah sekalipun pernah complain terhadap masakan mamah, bapak selalu makan apapun yang mamah masak walaupun gosong, asin sampe kejadian aneh tadi pagi”. Saya senyum datar tapi dalam hati saya bertekad sejak hari itu tidak akan menghina makanan apapun yang saya makan, dan sampai saat ini saya berhasil.

***
Romansa buat orang tua saya bukan tentang kata-kata puitis atau kisah-kisah besar, cinta itu sesederhana itu saya lihat dari kehidupan mereka. Menerima tanpa meminta apapun, tanpa berharap pasangan kita ini itu. Ayah saya mengajarkan kebaikan laki-laki pada waktu itu, tepat lima tahun dari malam ini saya mengetik cerita ini. Bukan hal yang sederhana untuk berbuat baik pada pasangan.

Saya ingat tentang kisah Rosulullah SAW dan Aisyah, ketika Rosul baru saja pulang setelah lama tidak bertemu dengan Aisyah, Aisyah memberikan minuman manis kepada Rosul. Namun tak seperti biasanya Rosul menghabiskan semua minuman itu (biasanya Rosul selalu menyisakan untuk Aisyah, seromantis itu ya), kemudia Aisyah bertanya kenapa tak biasanya Rosul menghabiskannya.
Karena hal Aisyah bertanya dan penasaran, akhirnya dicoba air di gelas itu, Aisyah kaget karena yang dimasukkannya bukan gula, tapi garam. Aisyah tahu mengapa Rosul tidak ingin membaginya karena beliau tidak ingin Aisyah merasakannya.

Kebaikan-kebaikan kecil ini yang luput dari kita. Luput untuk diteladani, luput untuk diresapi. Bahwa Rosulullah sebagai suri tauladan jangankan untuk memaki, untuk marah saja sulit. Saya menulis ini dengan rasa malu kepada diri sendiri yang masih jauh dan belum bisa meniru kebaikan-kebaikan kecil kepada orang terdekat, malu kepada diri sendiri dengan sikap-sikap saya yang jauh dari nilai-nilai kebaikan (semoga Gusti Allah mengampuni dosa saya, amin), tapi saya menuliskan ini semata untuk mengingatkan diri dan menularkan kebaikan melalui cerita sederhana dari orang tua saya, terlepas dari sikap saya yang masih belum baik.

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Lelaki yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya,” (HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban).

Dari Abu Hurairah Ra bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersabda: “Saling Berpesanlah kalian untuk memperlakukan Wanita dengan Baik (HR. Bukhari dan Muslim).


“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku), sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”. Amin

www.yudhinugraha.com 
(Jepang, 12 Juni 2017)

May 16, 2017

Positivity

Penelitian saat saya S2 dulu berusaha menggantikan FBS (Fetal Bovine Serum) sebagai “nutrisi” bagi stem cell saat dipropagasi, karena makanan stem cell ini ternyata memiliki protein yang sangat sulit dibersihkan saat ingin disuntikan kepada pasien. Bahkan menyeramkannya lagi protein Neu5GC ini bisa menyebabkan pasien syok anafilatik setelah terapi stem cell.

Kami memanfaatkan platelet concentrate (PC) sebagai penggantinya, karena PC ini punya growth factor atau nutrisi yang sama dengan FBS. Kami juga berpikir bisa memanfaatkan limbah PC yang ada di PMI untuk pengujian skala laboratorium karena di PMI untuk menjaga kualitasnya PC hanya berumur lima hari setelah kemudian harus dibuang sesuai tuntunan prosedur dari WHO. Meski untuk penggunaan klinis PC kadaluarsa ini akan menjadi tidak popular dan sebaiknya digunakan autolog dari darah pasien sendiri.

Saya mengingat ini sebagai analogi sederhana bahwa betapapun baiknya sesuatu (stem cell) bisa saja ternodai (bahasa risetnya terkontaminasi) dengan lingkungan tempatnya tumbuh. Begitu pula kita, lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh bagi pemikiran, atmosfer dan cara kita menyelasikan masalah.

Saya beruntung dibesarkan atau dipropagasi dalam di tempat yang baik meski saya belum sebaik yang diharapkan dan masih memperbaiki khilaf saya di sana-sini. Sejak di rumah, pesantren, sampai lingkungan kampus dan tempat saya bekerja positivity itu betul-betul saya rasakan meski beberapa tetap saja ada yang negatif tapi “muatan” mereka kalah banyak dengan positivity personil komunitas yang lainnya. Seperti muatan DNA yang acid tetap ditemani dengan basa nitrogen yang diperantai oleh gula deoksiribosa.

Saya juga merasa kebesaran Amerika Serikat salah satunya dipengaruhi oleh hal-hal kecil yang bersifat positif. Bagi yang pernah hidup / kuliah di sini sudah mengerti pastinnya tentang “bualan positif” yang selalu terlontar dalam perjalanan pendidikan di Amerika. Pendidik tidak berat untuk memuji seperti : great job, awesome, etc. Hal kecil ini saya rasakan betul pada setiap rapat, diskusi dan berkomunikasi dengan professor saya meski yang saya paparkan adalah masalah-masalah besar pada riset kami.

Saya mungkin menyebutkan dengan “Positivity” dalam hidup. Banyak hal bisa keluhkan dalam hidup, kita punya banyak masalah dan “setiap kita” sedang berjuang dengan perang kita masing-masing. Bukankah akan lebih mudah kita saling membantu mencarikan solusi, atau jika belum bisa memberikan hal tersebut, mau kah kita mulai sekarang membuat lingkungan kita lebih positif dan menyebarkan nilai optimisme pada sesama.

Pada dunia riset, optimisme pada hipotesis penelitian diyakini dapat memberikan hasil yang akan sesuai dengan harapan. Jika penelitinya saja belum percaya dengan “ramalan” hipotesanya, maka untuk apa penlitian dilakukan. Hal lain yang mesti diingat bahwa optimisme ini bisa ditularkan, sehingga dengan kenyataan ini kita bisa memulai untuk saling memberikan support dan mendorong sesama untuk positive thinking.

Tetiba saya teringat dengan sebuah Hadist : Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku” (Muttafaqun ‘alaih)

Mari mencari solusi atas semua masalah yang terjadi, berhentilah mengeluh dan menghakimi yang belum kita mengerti hanya karena kita tak sefaham-semengerti, mulailah berprasangka baik dan memberikan koreksi membangun tanpa dasar benci. 

Yudhi Nugraha
Pheter J Shield Library, Univ. of California, Davis. 20170220