Kemarin saya dan Bryan sedang berusaha mmpelajari tntg salah satu
gen yang ngebuat Hydra jadi Immortal. Avertebrata kecil yang punya
tentakel ini cuma berukuran sekitar 0.4 inchi, tapi hampir sebagian
tubuhnya adalah stem cell (bahkan selevel dengan totipotent stem cell
pada manusia), jadi pada lingkungan yang "oke" tanpa gangguan apapun,
dia akan bisa dipastikan hidup dengan immortalitas.
Banyak gen
yg udh dipelajarin kenapa dia bisa kyk gitu, salah satu gen yg dtemuin
adalah FoxO, di University of California Davis kita lagi kepoin bbrpa
gen lain di Hydra ini (Beberapa gen ini belum bisa saya ceritakan
terkait kerahasiaan riset). Tapi tujuan nantinya, buat kita bisa ngerti
gemana gen ini bikin sel Hydra punya sifat kepuncaan yg khas terutama
ngertiin sistem aging buat manusia. Saat saya ngasih makan nih Hydra yg
kelaperan pake pelet Daphnia, saya tiba2 mkir gemana klo manusia jadi
Hydra yg pny peluang hidup selama Hydra ini, apa hidup akan seseru ini,
buat berpacu dalam waktu untuk ngelakuin sesuatu yang bermanfaat sebelum
ajal dateng?
Dua jam setelah ngasih makan Hydra itu, saya
ketemu ama Mba Mega di Silo, beliau temen saya di FKUI, juga guru saya
kalo nanya2 biomolekular waktu saya kerja di IHVCB FKUI dan mba mega
kerja di Eijkmen Institute. Tepat dua puluh delapan bulan yg lalu, saya
ama mba mega dan bang Ilham ketemuan di salemba buat ngbrolin masa depan
dan cita2. Sekarang, mba mega lg S3 di sini, dan bang Ilham udah jd
kepala UTD PMI di aceh. Banyak yg ingin saya capai di usia keduapuluh
enam tahun saya ini kedepan. Malam ini kita berbincang seru, mengenai
dinamika peneliti di Indonesia karena kita sama-sama dosen sekarang,
sampe ngalor ngidul ngmongin bedanya hipersensitivitas tipe I dan IV
dalam imunologi.
Sejenak saya sadar, bahwa waktu selalu mengajak
kita berpacu dalam setiap detik yang dimiliki, kesempatan yang masih
diberikan ama Gusti Allah buat kita terus jadi makhluk yang bermanfaat
buat kemanusiaan lepas dari kepentingan diri sendiri yang sedianya sudah
dipastikan rizki saat kita bekerja. Upaya kita mnjadi insan yg baik
sebetulnya terletak pada bagaimana kita mnghabiskan waktu yg tersedia.
Kesempatan pendidikan yg kita sedang jalani bukan lagi menuhankan gelar
dan janji materi di masa depan, namun lebih jauh lagi yaitu untuk
berbagi dan menjadi bagian dari solusi.
Banyak anak bangsa yg
sedang bekerja keras detik ini untuk pendidikannya, entah di dalam
negeri ataupun luar negeri sebenarnya sama saja, yang terpenting adalah
memahami konsep pendidikan untuk berjanji memanusiakan manusia dan
menjadi bagian dari pemersatu bangsa nantinya. Setiap keluh yang kita
rasakan akan menjadi kebaikan saat niatan sudah lurus tanpa mengharap
hanya kelulusan. Percayalah setiap usaha kita dinilai Gusti Allah
sebagai hal baik yang tak hilang dimakan usia.
Akhirnya saya menemukan sebuah jawab :
"Bahwa yang abadi adalah kebaikan. Tak lekang waktu dan usang diterjang zaman bahkan kematian". Saya jadi teringat kata-kata Umar ibn Khattab yg klo g salah gini : “Bila kita merasa letih karena berbuat kebaikan, maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang & kebaikan itu akan kekal. Bila kita Bersenang-senang dengan dosa, Kesenangan itu akan hilang & dosa itu yang akan kekal.”
Salam kebangkitan peneliti Indonesia !
"Bahwa yang abadi adalah kebaikan. Tak lekang waktu dan usang diterjang zaman bahkan kematian". Saya jadi teringat kata-kata Umar ibn Khattab yg klo g salah gini : “Bila kita merasa letih karena berbuat kebaikan, maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang & kebaikan itu akan kekal. Bila kita Bersenang-senang dengan dosa, Kesenangan itu akan hilang & dosa itu yang akan kekal.”
Salam kebangkitan peneliti Indonesia !
Yudhi Nugraha,
Catatan Subuh 05.48. Amerika Serikat, 08 Februari 2017.
Catatan Subuh 05.48. Amerika Serikat, 08 Februari 2017.
No comments:
Post a Comment