Personalized Medicine (PM) adalah prodesur
yang membagi kelompok pasien menjadi beberapa perbedaan bentuk terapi
pengobatan dan pencegahan suatu penyakit berdasarkan karakteristik khas
individu secara genetik.
Jadi simpelnya begini, karena manusia
yang memiliki karakter DNA yang khas setiap individunya maka sebenarnya
ada perbedaan saat obat masuk dan bekerja, serta perbedaan pada untai
DNA ini juga akan ngebikin manusia punya risiko penyakit tertentu yang berbeda
pula individunya (ex.kanker) dan perbedaan genetik ini juga kadang
ngebuat resistensi saat pengobatan tertentu karena gen nya udah mutasi
(jadi obatnya ga ngefek lagi).
Penerapan PM ini di Indonesia salah satunya dikembangkan pada terapi
pengobatan kanker dengan melihat mutasi pada gen-gen tertentu yang
menjadi jalur penting terapi obat (ex. mutasi EGFR untuk kanker paru),
serta pada terapi AIDS dengan melihat resistensi HIV terhadap obat
antiretroviral (klo ini ngeliat mutasi di HIV nya), semua hasil ini akan
menjadi bahan pertimbangan dokter dalam menentukan terapi (Pada tahun
2012-2014 saya bekerja untuk ini).
Lalu bagaimana kedepan PM juga dapat dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan akurasi terapi pada pengobatan. Masalahnya adalah, jelas tentang biaya, karena perbedaan gen secara personal tidak mungkin bisa menjadi urusan/beban negara dan kepentingan general. Tantangan lain untuk pemerintah adalah terkait aturan kerahasiaan genetis yang dimiliki kebanyakan masyarakat Indonesia yang kapan saja dapat dimanfaatkan oleh pihak lain untuk kepentingannya sendiri.
Tapi tiba-tiba saya berpikir tentang karakteristik perbedaan ini, tentang kenapa kita dilahirkan dengan genetik yang khas setiap individunya yang diturunkan secara genetis random dari kedua orangtua kita dengan teori peluang hereditas yang ngejelimet.
Perbedaan ini memang sengaja diciptakan Gusti Allah untuk kita saling mengenal, bukan artian "hanya mengenal" secara harfiah, tapi lebih dalam lagi dari itu, untuk saling memahami, saling mencari hikmah pada setiap persimpangan faham, saling mecari gradien persamaan untuk bahu membahu menjadi warga dunia dalam membangun perdamaian dan kesejahteraan manusia.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal (al-Hujuraat: 13)
Sesekali jadilah minoritas pada suatu lingkungan yang sangat jauh dari mana kita berasal, maka kita akan belajar bersama dengan keberagaman kulit, bahasa, adat, dan agama. Akan ada hikmah dan pelajaran yang tidak kita dapat saat menjadi mayoritas untuk dapat mengerti apa itu arti toleransi.
Salam Kebangkitan Peneliti Indonesia!
Yudhi Nugraha
(University of California, Davis USA, 10/02/2017)
Lalu bagaimana kedepan PM juga dapat dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan akurasi terapi pada pengobatan. Masalahnya adalah, jelas tentang biaya, karena perbedaan gen secara personal tidak mungkin bisa menjadi urusan/beban negara dan kepentingan general. Tantangan lain untuk pemerintah adalah terkait aturan kerahasiaan genetis yang dimiliki kebanyakan masyarakat Indonesia yang kapan saja dapat dimanfaatkan oleh pihak lain untuk kepentingannya sendiri.
Tapi tiba-tiba saya berpikir tentang karakteristik perbedaan ini, tentang kenapa kita dilahirkan dengan genetik yang khas setiap individunya yang diturunkan secara genetis random dari kedua orangtua kita dengan teori peluang hereditas yang ngejelimet.
Perbedaan ini memang sengaja diciptakan Gusti Allah untuk kita saling mengenal, bukan artian "hanya mengenal" secara harfiah, tapi lebih dalam lagi dari itu, untuk saling memahami, saling mencari hikmah pada setiap persimpangan faham, saling mecari gradien persamaan untuk bahu membahu menjadi warga dunia dalam membangun perdamaian dan kesejahteraan manusia.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal (al-Hujuraat: 13)
Sesekali jadilah minoritas pada suatu lingkungan yang sangat jauh dari mana kita berasal, maka kita akan belajar bersama dengan keberagaman kulit, bahasa, adat, dan agama. Akan ada hikmah dan pelajaran yang tidak kita dapat saat menjadi mayoritas untuk dapat mengerti apa itu arti toleransi.
Salam Kebangkitan Peneliti Indonesia!
Yudhi Nugraha
(University of California, Davis USA, 10/02/2017)
No comments:
Post a Comment