Penelitian saat saya S2 dulu berusaha menggantikan FBS (Fetal Bovine
Serum) sebagai “nutrisi” bagi stem cell saat dipropagasi, karena
makanan stem cell ini ternyata memiliki protein yang sangat sulit
dibersihkan saat ingin disuntikan kepada pasien. Bahkan menyeramkannya
lagi protein Neu5GC ini bisa menyebabkan pasien syok anafilatik setelah
terapi stem cell.
Kami memanfaatkan platelet concentrate (PC)
sebagai penggantinya, karena PC ini punya growth factor atau nutrisi
yang sama dengan FBS. Kami juga berpikir bisa memanfaatkan limbah PC
yang ada di PMI untuk pengujian skala laboratorium karena di PMI untuk
menjaga kualitasnya PC hanya berumur lima hari setelah kemudian harus
dibuang sesuai tuntunan prosedur dari WHO. Meski untuk penggunaan klinis
PC kadaluarsa ini akan menjadi tidak popular dan sebaiknya digunakan
autolog dari darah pasien sendiri.
Saya mengingat ini sebagai analogi sederhana bahwa betapapun baiknya sesuatu (stem cell) bisa saja ternodai (bahasa risetnya terkontaminasi) dengan lingkungan tempatnya tumbuh. Begitu pula kita, lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh bagi pemikiran, atmosfer dan cara kita menyelasikan masalah.
Saya beruntung dibesarkan atau dipropagasi dalam di tempat yang baik
meski saya belum sebaik yang diharapkan dan masih memperbaiki khilaf
saya di sana-sini. Sejak di rumah, pesantren, sampai lingkungan kampus
dan tempat saya bekerja positivity itu betul-betul saya rasakan meski
beberapa tetap saja ada yang negatif tapi “muatan” mereka kalah banyak
dengan positivity personil komunitas yang lainnya. Seperti muatan DNA
yang acid tetap ditemani dengan basa nitrogen yang diperantai oleh gula
deoksiribosa.
Saya juga merasa kebesaran Amerika Serikat salah
satunya dipengaruhi oleh hal-hal kecil yang bersifat positif. Bagi yang
pernah hidup / kuliah di sini sudah mengerti pastinnya tentang “bualan
positif” yang selalu terlontar dalam perjalanan pendidikan di Amerika.
Pendidik tidak berat untuk memuji seperti : great job, awesome, etc. Hal
kecil ini saya rasakan betul pada setiap rapat, diskusi dan
berkomunikasi dengan professor saya meski yang saya paparkan adalah
masalah-masalah besar pada riset kami.
Saya mungkin menyebutkan
dengan “Positivity” dalam hidup. Banyak hal bisa keluhkan dalam hidup,
kita punya banyak masalah dan “setiap kita” sedang berjuang dengan
perang kita masing-masing. Bukankah akan lebih mudah kita saling
membantu mencarikan solusi, atau jika belum bisa memberikan hal
tersebut, mau kah kita mulai sekarang membuat lingkungan kita lebih
positif dan menyebarkan nilai optimisme pada sesama.
Pada dunia
riset, optimisme pada hipotesis penelitian diyakini dapat memberikan
hasil yang akan sesuai dengan harapan. Jika penelitinya saja belum
percaya dengan “ramalan” hipotesanya, maka untuk apa penlitian
dilakukan. Hal lain yang mesti diingat bahwa optimisme ini bisa
ditularkan, sehingga dengan kenyataan ini kita bisa memulai untuk saling
memberikan support dan mendorong sesama untuk positive thinking.
Tetiba saya teringat dengan sebuah Hadist : Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, Allah Ta’ala berfirman, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba
pada-Ku” (Muttafaqun ‘alaih)
Mari mencari solusi atas semua
masalah yang terjadi, berhentilah mengeluh dan menghakimi yang belum
kita mengerti hanya karena kita tak sefaham-semengerti, mulailah
berprasangka baik dan memberikan koreksi membangun tanpa dasar benci.
Yudhi Nugraha
Pheter J Shield Library, Univ. of California, Davis. 20170220
Pheter J Shield Library, Univ. of California, Davis. 20170220