Saya tidak ingin meluas bercerita tentang bagaimana islam dipandang sebagai terorisme, itu terlalu jauh. Mungkin lain waktu saat pengetahuan saya mumpuni baru saya bicara hal itu, saat ini saya hanya ingin membahas apa yang terjadi disini, disekitar saya, di Indonesia, atau lebih detail lagi di Jakarta.
Sensitif sekali memang, ya sangat amat sensitif isu tersebut tapi saya ingin sekali mendiskusikan hal-hal yang sensitif seperti ini. Dengan kepala terbuka dan pemikiran yang dewasa. Saya ingin merunut pandangan itu di masyrakat dan coba mendiskusikannya
Selama saya di pesanten untuk "mondok" dan belajar agama islam, saya sangat sering kali mendengar cerita tentang kelembutan dalam beragama, keterbukaan dan menerima perbedaan, bahkan secara arti yang luas bahwa islam mengajarkan hal-hal yang di luar kemanusiawian malah lebih dekat ke-malaikat-an, entah bagaimana ceritanya Rosulullah yang agung itu, yang posisinya saat itu tak hanya seorang nabi, tapi juga kepala pemerintahan mau membantu menyuapi makan orang buta yang menghinanya setiap hari bahkan orang itu sendiri tidak tahu yang memberi makanya adalah orang yang dihinanya (Nabi).
Saya sebenarnya tidak ingin menceritakan betapa lembut dan pemaafnya hati Nabi Muhammad SAW, telah banyak mungkin cerita yang harus diceritakan. Tapi tidaknya para islam fundamentalis itu melihat bagaimana rosul memberi contoh tentang islam? Apakah mereka berhenti pada "meyakini kebenaran islam" dan menutup mata dari memperlakukan dengan bijaksana seluruh perbedaan yang ada di depan mereka. Padahal Nabi Muhammad sendiri sebagai panutan akhlak dan islam? Pelajarilah islam dari keagungan akhlak dan keterbukaannya terhadap sebuah perbedaan. Bagaimana islam disebarkan ke seluruh dunia dengan terbuka bukan hanya perang dan pedang. Bagaimana islam berasimilasi dan akulturasi budaya dan sosial masyarakat. Bagaimana islam mendekatkan diri pada kemajuan teknologi dan sains, bagaimana islam memberikan SOP sampai hal terkecil sampai untukmemakai sendal? Bagaimana islam secara terperinci mengajarkan intonasi suara? Bagaimana islam menjabarkan kesantunan dan sikap kita pada orang yang belum mempercayai Islam? Bagaimana memperlakukan seorang muslim yang belum taat?
Hanya dengan tulisan ini saya ingin mengajak para pemuka agama, mubalig, penyeru Islam untuk lebih meningkatkan ajaran luhur islam yang lemah lembut, dan "Udu ila sabili robika bilhikmah wal mau'idoh hasanah wajadilhum billati hia ahsa". Hanya dengan hikmah, kelamahlembutan, welas-kasih, sikap pemaaf, cinta dan kesantunan. Jika anda bertanya kemana tujuan tulisan saya inim tanyalah hati nurani kalian, jika kalian merasa, maka memang untuk kalian. Jika kalian tidak merasa, berarti bukan untuk kalian. (Everybodies Knew)
Apakah saat anda (merasa benar), orang lain salah?? Apakah mereka tidak memiliki kebenaran yang lain?? Ayolah saudaraku, berhentilah menjadikan islam sebagai agama yang kasar, keras dan pragmatis. Mulailah untuk menyeru kepada hal-hal yang lebih luhur dari kekerasan.
Salam Kesantunan Islam.
20 Maret 2014 Di sela-sela istirahat kerja. 12.35
No comments:
Post a Comment